Jumat, 23 Maret 2012

Prospek Industri Logam Cor

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

1. Bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam pengecoran logam ini selain lokal juga tergantung dengan bahan-bahan kimia yang harus diimpor. Mahalnya bahan baku membuat beberapa industri pengecoran logam memanipulasi produk dengan cara mendempul produk, mengingat bahan baku yang harganya dulu perkilo Rp .3000 sekarang mencapai Rp.7000, sedangkan besinya seharga Rp 5.300.
Industri- industri ini juga pernah mencoba menggunakan pasir besi yang diimport dari Cina, dan bantuan dari BPPT akan tetapi kalorinya kurang bagus. Mengingat mahalnya bahan baku industri cor logam tak mampu lagi mendapatkan bahan baku tersebut, apalagi kokas yang digunakan untuk pencairan batang besi sulit untuk ditemukan. Kalaupun menggunakan dapur induksi mencapai Rp. 1,5 miliar dan diperkirakan baru mencapai break event point setelah 4-5 tahun produksi investasinya tidak murah.
Selain kesulitan bahan baku besi cor (skrep), kondisi ini juga diperparah dengan tidak tersedianya kokes atau bahan bakar untuk pembakaran besi. Menurut penuturan Anas Yusuf Mahmudi, Ketua Koperasi Batur Jaya Ceper (BJP), persediaan bahan baku besi cor saat ini hanya tinggal 5 persen saja dari kebutuhan total, kondisi saat ini adalah yang paling kritis yang dialami selama ini. Menurut Anas, pada tahun 1997-1998 lalu, sentra industri cor logam di Batur, Ceper, juga mengalami keterpurukan. Hanya saja kala itu dipengaruhi oleh terpuruknya nilai tukar rupiah, tetapi sekarang hamper semua bahan baku sudah tidak tersedia lagi. Saat itu masih ada bahan baku, jadi masih bisa berproduksi, tetapi sekarang banyak pengusaha yang menghentikan produksinya karena kesulitan bahan baku, sedangkan pengusaha yang masih berproduksi hanya tinggal 30 persen saja. Anas menjelaskan selain dari dalam negeri, selama ini pasokan bahan baku besi cor maupun kokes juga banyak mengandalkan dari Cina. Namun semenjak setahun lalu pasokan skrep dan kokes dari Cina terhambat. Akibat semakin sulitnya mendapatkan bahan baku skrep dan kokes. Hal itu menyebabkan sekitar 300 unit dapur peleburan logam yang berhenti produksi, 600 unit mesin bubut , mesin cor, mesin finishing serta beberapa mesin produksi lainnya terpaksa tidak dioperasikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar