PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
1. Bahan baku
Bahan baku yang
digunakan dalam pengecoran logam ini selain lokal juga tergantung
dengan bahan-bahan kimia yang harus diimpor. Mahalnya bahan baku
membuat beberapa industri pengecoran logam memanipulasi produk dengan
cara mendempul produk, mengingat bahan baku yang harganya dulu perkilo
Rp .3000 sekarang mencapai Rp.7000, sedangkan besinya seharga Rp 5.300.
Industri-
industri ini juga pernah mencoba menggunakan pasir besi yang diimport
dari Cina, dan bantuan dari BPPT akan tetapi kalorinya kurang bagus.
Mengingat mahalnya bahan baku industri cor logam tak mampu lagi
mendapatkan bahan baku tersebut, apalagi kokas yang digunakan untuk
pencairan batang besi sulit untuk ditemukan. Kalaupun menggunakan dapur
induksi mencapai Rp. 1,5 miliar dan diperkirakan baru mencapai break
event point setelah 4-5 tahun produksi investasinya tidak murah.
Selain
kesulitan bahan baku besi cor (skrep), kondisi ini juga diperparah
dengan tidak tersedianya kokes atau bahan bakar untuk pembakaran besi.
Menurut penuturan Anas Yusuf Mahmudi, Ketua Koperasi Batur Jaya Ceper
(BJP), persediaan bahan baku besi cor saat ini hanya tinggal 5 persen
saja dari kebutuhan total, kondisi saat ini adalah yang paling kritis
yang dialami selama ini. Menurut Anas, pada tahun 1997-1998 lalu,
sentra industri cor logam di Batur, Ceper, juga mengalami keterpurukan.
Hanya saja kala itu dipengaruhi oleh terpuruknya nilai tukar rupiah,
tetapi sekarang hamper semua bahan baku sudah tidak tersedia lagi. Saat
itu masih ada bahan baku, jadi masih bisa berproduksi, tetapi sekarang
banyak pengusaha yang menghentikan produksinya karena kesulitan bahan
baku, sedangkan pengusaha yang masih berproduksi hanya tinggal 30
persen saja. Anas menjelaskan selain dari dalam negeri, selama ini
pasokan bahan baku besi cor maupun kokes juga banyak mengandalkan dari
Cina. Namun semenjak setahun lalu pasokan skrep dan kokes dari Cina
terhambat. Akibat semakin sulitnya mendapatkan bahan baku skrep dan
kokes. Hal itu menyebabkan sekitar 300 unit dapur peleburan logam yang
berhenti produksi, 600 unit mesin bubut , mesin cor, mesin finishing
serta beberapa mesin produksi lainnya terpaksa tidak dioperasikan.
Jumat, 23 Maret 2012
Prospek Industri Logam Cor
Kecamatan Ceper terletak sekitar 10 km arah utara Klaten sepanjang
jalan raya Klaten - Solo. Kecamatan Ceper terdiri dari 18
Kelurahan/Desa. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ngawen,
Kecamatan Karanganom. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Trucuk dan Kecamatan Klaten Utara. Sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Pedan. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Delanggu.
Luas wilayah kecamatan Ceper 24,45 kilometer persegi. Dengan jumlah penduduk 57.621 jiwa dengan kepadatan rata-rata 2.357 jiwa per kilometer persegi. Mayoritas penduduk masih mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian.
Koperasi Produksi Usaha dan Permesinan ( KPUP) Batur Jaya Ceper
Koperasi ini beranggotakan 217 perusahaan pengecoran logam baik yang berskala kecil, menengah dan besar. Secara keseluruhan terdapat 273 perusahaan pengecoran logam akan tetapi hanya 75 persen yang masuk menjadi anggota Koperasi KPUP Batur Jaya Ceper ini. Sebenarnya syarat menjadi anggota Koperasi ini sangat mudah hanya ijin dan memiliki Nomor Pengusaha Wajib Pajak (NPWP) dan membayar iuran wajib anggota. Keberadaan koperasi ini memberikan kontribusi yang besar bagi kelangsungan produksi perusahaan mengingat koperasi ini sering mengadakan pelatihan-pelatihan dan memyediakan laboratorium untuk pengecekan bahan baku sebelum digunakan untuk produksi. Namun belakangan peran koperasi semakin terpinggirkan karena adanya ketidak percayaan diantara anggota dan persaingan usaha yang tidak sehat di antara anggota koperasi sendiri.
Kondisi industri pengecoran logam di Ceper akhir-akhir ini mengalami penurunan aktivitas produksi tepatnya sejak tahun 1995 dan mencapai puncaknya pada krisis ekonomi tahun 1998.
Luas wilayah kecamatan Ceper 24,45 kilometer persegi. Dengan jumlah penduduk 57.621 jiwa dengan kepadatan rata-rata 2.357 jiwa per kilometer persegi. Mayoritas penduduk masih mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian.
Koperasi Produksi Usaha dan Permesinan ( KPUP) Batur Jaya Ceper
Koperasi ini beranggotakan 217 perusahaan pengecoran logam baik yang berskala kecil, menengah dan besar. Secara keseluruhan terdapat 273 perusahaan pengecoran logam akan tetapi hanya 75 persen yang masuk menjadi anggota Koperasi KPUP Batur Jaya Ceper ini. Sebenarnya syarat menjadi anggota Koperasi ini sangat mudah hanya ijin dan memiliki Nomor Pengusaha Wajib Pajak (NPWP) dan membayar iuran wajib anggota. Keberadaan koperasi ini memberikan kontribusi yang besar bagi kelangsungan produksi perusahaan mengingat koperasi ini sering mengadakan pelatihan-pelatihan dan memyediakan laboratorium untuk pengecekan bahan baku sebelum digunakan untuk produksi. Namun belakangan peran koperasi semakin terpinggirkan karena adanya ketidak percayaan diantara anggota dan persaingan usaha yang tidak sehat di antara anggota koperasi sendiri.
Kondisi industri pengecoran logam di Ceper akhir-akhir ini mengalami penurunan aktivitas produksi tepatnya sejak tahun 1995 dan mencapai puncaknya pada krisis ekonomi tahun 1998.
Prospek Industri Logam Cor
Industri pengecoran logam yang terdapat di Kecamatan Ceper Kabupaten
Klaten ini telah ada sejak dahulu kala, yakni terhitung sejak zaman
penjajahan Belanda. Dan sampai sekarang industri tersebut masih tetap
eksis keberadaanya mengingat produk yang dihasilkan banyak dibutuhkan
oleh beberapa instansi dengan skala besar seperti PJKA, PELNI, selain
itu beberapa produk yang dihasilkan merupakan pesanan dari luar negeri.
Dapat dikatakan bahwa industri pengecoran logam di Kecamatan Ceper ini
sudah go publik. Keberadaan industri baik yang berskala kecil,
menengah, dan besar ini bisa dijumpai hampir diseluruh wilayah
kecamatan Ceper. Keberadaan Industri Pengecoran Logam di Ceper tak
lepas dari jasa seorang ahli bijih besi yang berasal dari Serang
Banten, bernama Ki Serang Kusuma. Dari awal dirintisnya industri ini
hingga sekarang telah mengalami banyak proses dan perkembangan.
Industri pengecoran logam ini telah ada sejak abad ke-19. Bermula dari
alat-alat pertanian tradisinonal (mata bajak), alat-alat rumah tangga,
hingga kini beralih ke produk lain (mesin pelumat tanah liat (mollen),
alat press genteng, sambungan pipa, pompa air, dan lain-lain) dan
barang antik (hiasan dinding, lampu robyong, lampu jalan, lampu taman,
meja kursi, pagar atau tralis, dan lain-lain), kemudian juga produk
komponen mesin (komponen mesin tenun, komponen mesin bermotor
(sparepart), komponen kereta api (blok rem), komponen mesin diesel,
komponen alat listrik dan produk sejenis lainnya). Untuk menilai
kualitas produk yang dihasilkan telah didirikan Laboratorium Pengecoran
Logam Ceper yang melayani uji pasir cetak, kekerasan, kekuatan tarik,
struktur mikro dan analisa komposisi kimia logam.
Industri pengecoran logam di Kecamatan Ceper membentuk suatu klaster yang terdiri 237 unit industri. Kapasitas yang terpasang sebesar 150.000 per tahun (4% kapasitas nasional) dan kapasitas produksi tahunan sebesar 30.000 (20% dari kapasitas nasional), sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan dan menampung tenaga kerja sebanyak 4000 orang dengan sebagian besar usaha adalah IKM (Industri Kecil dan Menengah).
Industri pengecoran logam di Kecamatan Ceper membentuk suatu klaster yang terdiri 237 unit industri. Kapasitas yang terpasang sebesar 150.000 per tahun (4% kapasitas nasional) dan kapasitas produksi tahunan sebesar 30.000 (20% dari kapasitas nasional), sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan dan menampung tenaga kerja sebanyak 4000 orang dengan sebagian besar usaha adalah IKM (Industri Kecil dan Menengah).
Prospek Indusrti Logam Cor
Klaten (Espos) –
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten berencana melobi investor untuk
menyelamatkan industri logam di Batur, Ceper, yang semakin terpuruk
karena krisis global.
Pemkab Klaten bekerja sama dengan Badan
Penanaman Modal (BPM) Jateng, sebelumnya juga telah mengundang para
investor untuk meninjau lokasi industri tersebut.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan
Koperasi dan Penanaman Modal (Disperindagkop & PM) Klaten,
Mujaeroni, kepada Espos, Minggu (3/1), mengatakan berdasarkan
perhitungannya, modal minimal yang
dibutuhkan agar industri logam di Batur kembali bergairah setidaknya
mencapai Rp 100 miliar. ”Minimal industrinya bisa jalan, dan akan kami
upayakan dengan melobi investor,” urainya di Klaten.
Beberapa waktu lalu, sebanyak 15
investor telah mengunjungi kompleks industri logam di Batur, Ceper itu.
Namun saat itu, jelas Mujaeroni, belum ada komitmen investasi dari para
investor tersebut. ”Mereka baru melihat pasarnya, prospektif atau
tidak,” tandas dia.
Sangat prospektif
Sangat prospektif
Dia sendiri menilai industri logam
Batur, Ceper, sangat prospektif. Pada tahun 1985 hingga 1998, industri
logam Batur, Ceper, menjadi pemain utama di tingkat nasional.
Kontribusi mereka dalam perkembangan industri tersebut mencapai 60%
hingga 70% dari pasar nasional.
”Untuk itu kami berupaya dengan
menggandeng investor. Untuk mengandalkan dari dana daerah saja kami
tidak kuat. Pada 2007 saja, kami hanya bisa memberikan bantuan senilai
Rp 300 juta untuk koperasi setempat,” urainya.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Klaten, drh Suharna, menuturkan keterpurukan industri logam tersebut terjadi karena kendala bahan baku.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Klaten, drh Suharna, menuturkan keterpurukan industri logam tersebut terjadi karena kendala bahan baku.
Sebagian besar pengusaha masih
mengimpor bahan baku dengan harga yang cukup mahal. Untuk itu, Komisi
II merekomendasikan agar Pemkab Klaten bekerja sama dengan pihak lain
seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk mengkaji bahan
baku yang lebih efektif dan efisien. ”Terlebih bahan baku untuk
pembakaran dengan panas yang tinggi,” saran Suharna.
Mengenai studi tersebut, jelas Mujaeroni, Pemkab telah melakukannya. Bahkan, dari hasil tersebut, para pengusaha bisa memasak batubara dengan kapasitas produksi mencapai satu ton per hari.
Mengenai studi tersebut, jelas Mujaeroni, Pemkab telah melakukannya. Bahkan, dari hasil tersebut, para pengusaha bisa memasak batubara dengan kapasitas produksi mencapai satu ton per hari.
Terkait lobi, Mujaeroni berharap ada
titik terang dari para investor. Dia mengungkapkan industri logam
sejatinya sangat prospektif untuk pasar. ”Lobi masih terus dilakukan,
kami harap ada yang tertarik. Masak dari 15 investor, satu pun tidak
ada yang tertarik” pungkasnya. – Oleh : Heriyono Adi Anggoro
Prospak Industri Logam Cor
Di kabupaten Klaten terdapat industri pengecoran logam dengan kapasitas terpasang kurang lebih 150.000 ton per tahun atau 45% dari kapasitas nasional. Mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam rangka peningkatan perekonomian daerah. Bidang usaha sektor pengecoran logam bagi masyarakat Ceper merupakan bidang usaha keluarga yang sudah mendarah daging dan dilaksanakan turun menurun sejak nenek moyang. Perkembangan dan kemajuan dicapai industri logam Ceper walau meningkat namun dibandingkan dengan industri di negara lain dirasakan masih jauh tertinggal. Untuk mewadahi perajin cor logam ini didirikan koperasi Batur Jaya yang telah beranggotakan 224 orang, dari jumlah ini yang aktif sebanyak 171 orang yang masih berproduksi. Salah satu penyebabnya adalah dalam proses produksinya masih sederhana yaitu dengan memakai dapur kupola dan dapur induksi yang menggunakan briket cocas lokal. Pasar yang difasilitasi oleh koperasi masih sebatas pada blok rem kereta api yang tidak lebih dari 5% kapasitas yang dikerjakan anggota. SDM yang heterogen mempunyai kendala untuk dapat diajak berkembang. Masalah bahan baku pada gram besi cor yang merupakan bahan dasar dipakai pada dapur induksi. Masalah energi juga belum selesai masih ditambah energi listrik yang menggunakan tarif beban puncak, sehingga perajin yang menggunakan dapur induksi untuk efisiensi harus menghitung ulang. Pengembangan divisi enginering baik casting, machining dan assembling sudah mulai dibangun dapur listrik namun saat ini belum dapat digunakan dengan maksimal. Kekuatan permodalan koperasi Batur menurut audit sangat liquid. Bila pengembangan produk berstandarisasi dalam kapasitas besar masih perlu tambahan modal. Koperasi sebagai wadah masyarakat Ceper yang notabene sebagian besar anggota sudah dapat merasakan adanya community development yang dilakukan koperasi.
Langganan:
Postingan (Atom)