Jumat, 23 Maret 2012

Prospek Indusrti Logam Cor

Klaten (Espos) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten berencana melobi investor untuk menyelamatkan industri logam di Batur, Ceper, yang semakin terpuruk karena krisis global.
Pemkab Klaten bekerja sama dengan Badan Penanaman Modal (BPM) Jateng, sebelumnya juga telah mengundang para investor untuk meninjau lokasi industri tersebut.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal (Disperindagkop & PM) Klaten, Mujaeroni, kepada Espos, Minggu (3/1), mengatakan berdasarkan perhitungannya, modal minimal yang dibutuhkan agar industri logam di Batur kembali bergairah setidaknya mencapai Rp 100 miliar. ”Minimal industrinya bisa jalan, dan akan kami upayakan dengan melobi investor,” urainya di Klaten.
Beberapa waktu lalu, sebanyak 15 investor telah mengunjungi kompleks industri logam di Batur, Ceper itu. Namun saat itu, jelas Mujaeroni, belum ada komitmen investasi dari para investor tersebut. ”Mereka baru melihat pasarnya, prospektif atau tidak,” tandas dia.
Sangat prospektif
Dia sendiri menilai industri logam Batur, Ceper, sangat prospektif. Pada tahun 1985 hingga 1998, industri logam Batur, Ceper, menjadi pemain utama di tingkat nasional. Kontribusi mereka dalam perkembangan industri tersebut mencapai 60% hingga 70% dari pasar nasional.
”Untuk itu kami berupaya dengan menggandeng investor. Untuk mengandalkan dari dana daerah saja kami tidak kuat. Pada 2007 saja, kami hanya bisa memberikan bantuan senilai Rp 300 juta untuk koperasi setempat,” urainya.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Klaten, drh Suharna, menuturkan keterpurukan industri logam tersebut terjadi karena kendala bahan baku.
Sebagian besar pengusaha masih mengimpor bahan baku dengan harga yang cukup mahal. Untuk itu, Komisi II merekomendasikan agar Pemkab Klaten bekerja sama dengan pihak lain seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk mengkaji bahan baku yang lebih efektif dan efisien. ”Terlebih bahan baku untuk pembakaran dengan panas yang tinggi,” saran Suharna.
Mengenai studi tersebut, jelas Mujaeroni, Pemkab telah melakukannya. Bahkan, dari hasil tersebut, para pengusaha bisa memasak batubara dengan kapasitas produksi mencapai satu ton per hari.
Terkait lobi, Mujaeroni berharap ada titik terang dari para investor. Dia mengungkapkan industri logam sejatinya sangat prospektif untuk pasar. ”Lobi masih terus dilakukan, kami harap ada yang tertarik. Masak dari 15 investor, satu pun tidak ada yang tertarik” pungkasnya. – Oleh : Heriyono Adi Anggoro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar