Klaten (Espos) –
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten berencana melobi investor untuk
menyelamatkan industri logam di Batur, Ceper, yang semakin terpuruk
karena krisis global.
Pemkab Klaten bekerja sama dengan Badan
Penanaman Modal (BPM) Jateng, sebelumnya juga telah mengundang para
investor untuk meninjau lokasi industri tersebut.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan
Koperasi dan Penanaman Modal (Disperindagkop & PM) Klaten,
Mujaeroni, kepada Espos, Minggu (3/1), mengatakan berdasarkan
perhitungannya, modal minimal yang
dibutuhkan agar industri logam di Batur kembali bergairah setidaknya
mencapai Rp 100 miliar. ”Minimal industrinya bisa jalan, dan akan kami
upayakan dengan melobi investor,” urainya di Klaten.
Beberapa waktu lalu, sebanyak 15
investor telah mengunjungi kompleks industri logam di Batur, Ceper itu.
Namun saat itu, jelas Mujaeroni, belum ada komitmen investasi dari para
investor tersebut. ”Mereka baru melihat pasarnya, prospektif atau
tidak,” tandas dia.
Sangat prospektif
Sangat prospektif
Dia sendiri menilai industri logam
Batur, Ceper, sangat prospektif. Pada tahun 1985 hingga 1998, industri
logam Batur, Ceper, menjadi pemain utama di tingkat nasional.
Kontribusi mereka dalam perkembangan industri tersebut mencapai 60%
hingga 70% dari pasar nasional.
”Untuk itu kami berupaya dengan
menggandeng investor. Untuk mengandalkan dari dana daerah saja kami
tidak kuat. Pada 2007 saja, kami hanya bisa memberikan bantuan senilai
Rp 300 juta untuk koperasi setempat,” urainya.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Klaten, drh Suharna, menuturkan keterpurukan industri logam tersebut terjadi karena kendala bahan baku.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Klaten, drh Suharna, menuturkan keterpurukan industri logam tersebut terjadi karena kendala bahan baku.
Sebagian besar pengusaha masih
mengimpor bahan baku dengan harga yang cukup mahal. Untuk itu, Komisi
II merekomendasikan agar Pemkab Klaten bekerja sama dengan pihak lain
seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk mengkaji bahan
baku yang lebih efektif dan efisien. ”Terlebih bahan baku untuk
pembakaran dengan panas yang tinggi,” saran Suharna.
Mengenai studi tersebut, jelas Mujaeroni, Pemkab telah melakukannya. Bahkan, dari hasil tersebut, para pengusaha bisa memasak batubara dengan kapasitas produksi mencapai satu ton per hari.
Mengenai studi tersebut, jelas Mujaeroni, Pemkab telah melakukannya. Bahkan, dari hasil tersebut, para pengusaha bisa memasak batubara dengan kapasitas produksi mencapai satu ton per hari.
Terkait lobi, Mujaeroni berharap ada
titik terang dari para investor. Dia mengungkapkan industri logam
sejatinya sangat prospektif untuk pasar. ”Lobi masih terus dilakukan,
kami harap ada yang tertarik. Masak dari 15 investor, satu pun tidak
ada yang tertarik” pungkasnya. – Oleh : Heriyono Adi Anggoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar